KOMPAS.com - Pikko Land memang ikut bertarung memperebutkan potensi Jakarta Timur sebagai kawasan bisnis baru (Central Business Development) di Jakarta. Pengembang tersebut, melalui anak usahanya yang bekerjasama dengan PJM Group dalam KSO Fortuna Indonesia, tengah mengembangkan kawasan hunian terpadu kasasan MT Haryono.
Di luas lahan seluas 4.4 hektar, Pikko Land menawarkan konsep one stop living untuk membangun dua menara hunian vertikal, yaitu The Light dan Green Signature dan pusat bisnis dan komersial.
Menggandeng Pulau Intan sebagai kontraktor utama, pembangunan kawasan terpadu ini berjalan sesuai jadwal yang direncanakan, baik untuk pembangunan kawasan residensial maupun kawasan komersialnya.
Menara The Light dengan ketinggian 19 lantai dan memiliki luas bangunan sekitar 88,030 meter persegi akan melaksanakan penutupan atap akhir (topping off) pada November 2015 ini. Adapun Menara The Green Signature setinggi 20 lantai dengan luas bangunan sekitar 52,171 meter persegi, topping off-nya sesuai schedule yang dilaksanakan pada triwulan pertama tahun 2016.
"Kedua menara residensial berjumlah sekitar 2.500 unit, pusat komersial dan bisnis penjualan serta office building tiga lantainya. Keduanya menunjukkan peningkatan penjualan setiap hari," ujar Direktur Utama Pikko Land, Nio Yantony, Sabtu (14/11/2015).
Apartemen The Light dan Green Signature memiliki 3 (tiga) tipe unit kamar dan dipasarkan dengan harga kompetitif mulai Rp 700-jutaan hingga Rp 1.6 miliaran sesuai dengan komposisi kamar per unit apartemennya. Untuk pusat bisnis dan komersial, dipasarkan dari luas 44 sampai 90 meter persegi dengan kisaran harga Rp. 3,3 hingga Rp. 6,7 milliar.
Nio mengatakan, kawasan MT Haryono, Jakarta Timur, menjadi titik poin prestasi maupun prestise bagi Pikko Land, terutama proyek Signature Park Grande. Titik poin tersebut membuka peluang unit hunian untuk ditempati atau dijadikan sarana investasi bersertifikat hak milik (strata title).
"Akses MT Haryono selalu ramai selama 24 jam baik ke dan menuju Gatot Subroto atau Plaza Semanggi," katanya.
Dia menambahkan, jika sebagian besar jalan tol di Jakarta memiliki rute melingkar, hanya jalan tol dalam kota MT Haryono-Gatot Subroto inilah berada di tengah. Strategis untuk menghubungkan Jakarta Timur dan Jakarta Selatan maupun contra flow Jakarta dengan Bodetabek.
Akses infrastruktur
Keberadaan area CBD di Jakarta Timur yang saat ini sekaligus dijadikan upaya pemerataan lokasi ruang ritel dan kawasan hunian terintegrasi dinilai perlu diperkuat. Upaya itu bisa dilakukan dengan mengoptimalisasi akses transportasi publik dan penataan peningkatan intensitas tata ruang di wilayah sibuk Jakarta tersebut.
Optimalisasi akses itu terutama pada Jl MT Haryono, yang membentang sepanjang 3,5 kilometer dari Cawang, Jakarta Timur, hingga Semanggi, Jakarta Selatan. Sudah selayaknya kawasan jalan ini dikatakan sebagai kawasan pusat bisnis baru di Jakarta.
Salah satu potensi perkembangan kawasan di Jakarta ke depan adalah kawasan Jakarta Timur, khususnya di seputar Cawang–MT Haryono dan kawasan koridor by pass. Dukungan kelengkapan infrastruktur dan sarana aksesibilitas membuat kawasan itu akan semakin "seksi" sebagai lokasi investasi properti.
Seperti diketahui, PT Adhi Karya Persero (ADHI) telah ditugaskan Presiden RI Joko Widodo untuk mengembangkan moda transportasi massal jenis LRT sebagai pengganti proyek monorel dengan target operasi pada 2018. Tahap awalnya, Adhi Karya akan mengembangkan LRT rute Cibubur–Cawang–Semanggi–Grogol sepanjang 15 kilometer. Langkah selanjutkan di tahap kedua, yaitu rute Bekasi Timur-Cawang.
Menanggapi hal itu, Ketua Kehormatan REI, Lukman Purnomosid mengatakan padatnya kondisi jalan di wilayah sekitar pusat belanja adalah tanda persebaran kawasan bisnis yang kurang merata. Karena itulah, lanjut Lukman, Jakarta butuh area CBD baru.
Sejauh ini, menurut Lukman, Jakarta Timur adalah lokasi yang cocok. Hal itu mengingat jumlah ruang yang masih memungkinkan untuk pengembangan. Secara makro, kawasan Jakarta Timur memiliki potensi besar menjadi pusat CBD baru.
"Dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 10 juta orang, pembangunan kawasan bisnis terfokus pada area-area tertentu sehingga terlihat menumpuk di satu lokasi. Padahal, di Jakarta masih terdapat area-area lain yang bisa dikembangkan untuk pusat perbelanjaan dan apartemen," ujar Lukman.
Ketua Umum DPP REI Periode 2004-2007 ini melihat bahwa perkembangan pembangunan di Jakarta saat ini lebih condong mengarah ke Timur. Hal itu otomatis membuat kawasan MT Haryono–Cawang dan sekitarnya terus dipenuhi gedung-gedung jangkung, baik gedung perkantoran, komersial, maupun hunian.
"Ke depan kawasan ini akan bisa menyamai kawasan CBD lain di Jakarta lainnya seperti Kuningan, Thamrin, atau Sudirman,: ujar Lukman.
sumber berita